Rabu, 24 April 2013

Tribute to Autism


Dalam Wikipedia disebutkan Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang: interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku-emosi, pola bermain , gangguan sensorik dan motorik dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun. Dalam tulisannya, Dr. Melly Budhiman SpKj, ketua YAI mengatakan ‘apakah penyebab autisme?’ Sampai saat ini tidak bisa dipastikan penyebab yang pasti. Teori sekarang adalah ada suatu kaitan erat antara faktor genetik dan lingkungan. Bukankah kita sekarang hidup dalam dunia yang kotor? Udara kita terpolusi oleh timbal dari knalpot mobil, emisi gas industri, asap asap bakaran. Binatang-binatang laut terpapar limbah industri yang banyak mengandung merkuri, begitu juga ikan di sungai, dimana di hulunya orang mendulang emas secara manual dengan memakai merkuri. Makanan anak-anak penuh dengan zat pewarna, perasa dan pengawet. Semua itu sangat beracun bagi otak yang sedang berkembang.

Tanggal 2 April diperingati sebagai hari autisme sedunia karena melihat setiap tahun jumlah penyandang autisme cenderung meningkat, tak terkecuali di Indonesia. Dan pada 5 Mei 2012, satu lagi pengalaman sekaligus pelajaran yang sangat berharga saya dapatkan. Ya, sangat berharga.  Walk for Autism & Autism Expo 2012. Satu lagi momentum indah tercipta di acara ini. Acara tahunan yang diisi dengan jalan bersama sekitar kompleks Epicentrum Walk, Kuningan, oleh para keluarga individu autistik, instansi pemerintah, sekolah, tempat-tempat terapi, serta sahabat dan pemerhati autisme. Setelah acara jalan bersama selesai, dilanjutkan dengan Hands Printing, yaitu mengundang para peserta yang hadir untuk mencetak ribuan telapak tangan besar dan kecil sebagai tanda dukungan terhadap penyandang autisme dan kepedulian pada masalah autisme di Indonesia. Terima kasih saya ucapkan kepada teman saya, @LannyMegasariyang telah memberikan informasi mengenai acara ini dan mengajak saya dan beberapa teman lainnya untuk menjadi relawan dalam acara yang diselenggarakan oleh YAI (Yayasan Autisma Indonesia) dan SIKIB (Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu) ini.  Ternyata masih banyak sekali orang-orang di sekitar kita yang masih perduli dengan adik-adik kita yang berkebutuhan khusus ini. Saat saya tiba di sana, sudah banyak sekali relawan berkaos kuning dan biru yang sudah dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan pengelompokkan tugas. Saya dan beberapa teman ditugaskan untuk membantu jalannya acara hands printing. Pencetakan ribuan telapak tangan di atas kain putih sepanjang 25 meter yang bertuliskan “Hands Supporting Autisme”. Tidak hanya telapak tangan para adik autistic, para orang tua serta kerabat lainnya juga mencetak telapak tangan di atas kain menggunakan cat yang telah disediakan panitia, dan tak ketinggalan, panitia termasuk relawan juga turut memberikan support kepada adik-adik ini melalui hands printing ini. Cukup haru melihat adik-adik penyandang autistic ini. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, namun mereka memiliki semangat yang luar biasa untuk mengikuti acara tahunan ini. Saya membayangkan kehidupan sehari-hari pun pasti mereka jalani dengan penuh semangat pula. Terlebih lagi saya merasa sangat terenyuh ketika melihat ayah, ibu, kakak, dan adik mereka yang memberi support kepada anak atau saudara mereka. Mereka terlihat sangat sabar, telaten, dan tak nampak garis wajah yang mencerminkan rasa lelah dan kesah. Saya justru melihat wajah para keluarga yang riang dan penuh senyuman. Bentuk dukungan mereka sangat besar karena memang, peran mereka sangat besar dalam memberikan kasih sayang dan perhatian kepada adik-adik kita ini. Apakah autisme adalah kemauan mereka? Apakah autisme adalah pilihan hidup adik-adik kita? Bukan sama sekali. Itu semua sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Sesungguhnya Tuhan sangat menyayangi mereka.     


Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang. Apakah penyandang autisme adalah insan yang tidak mampu berprestasi? Tidak juga. Sebagian dari mereka dapat mencapai pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ada pula yang memiliki kemampuan luar biasa di bidang tertentu (musik, matematika, menggambar). Contoh nyata yang saya lihat dalam acara tersebut adalah ketika ada seorang adik penyandang autistic yang begitu lincahnya menggerakkan jemarinya di atas tuts-tuts piano menjadi sebuah harmonisasi yang apik. Ia terlihat begitu senang, begitu ceria, dan bahagia. Selain itu ia juga menyumbangkan sebuah pertunjukkan pianonya untuk teman-teman yang berulang tahun pada hari itu. Ia sangat asyik, ketika diminta untuk mengakhiri pertunjukkannya pun, ia menangis. Sang ibu dengan sigap menenangkan anak tersebut. Dan saya merasa ‘kalah’ pada saat itu. Mungkin di satu sisi saya lebih beruntung dari anak tersebut, tapi di sisi lain apakah diri saya lebih baik dari anak tersebut? Apakah saya bisa bermain piano? Apakah saya bisa bemain alat music? Saya bahkan tidak bisa bermain alat musik walau sempat mencoba beberapa kali latihan. Ketika saya flashback kembali, bisa jadi barangkali saya juga kalah dari anak tersebut dalam memelihara antusiasme dalam diri ketika mencoba untuk bisa melakukan sesuatu. Pembelajaran yang saya dapatkan adalah baik dari adik-adik penyandang autism beserta keluarga adalah “Jangan pernah lelah bersyukur terhadap apapun yang kita hadapi”. Sesungguhnya nikmat dan kesukaran adalah ujian. Dalam nikmat kita diuji untuk senantiasa bersyukur, dan tidak ingkar. Dan dalam kesukaran kita diuji tentang kesabaran. Bukankah kesabaran itu buahnya selalu manis?! Kesabaran bisa jadi menjadi obat yang pahit yang memang harus kita telan, agar kita menjadi lebih baik.

Selain itu, kelebihan itu adalah anugerah. Karena berlebih, kita harus membagikannya. Dan kekurangan dalam diri ini bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk meng-korting diri sendiri. Juga, kekurangan pada orang lain, bukan berarti kita boleh meng-korting mereka. Tega sekali ya, jika kita juga masih harus meng-korting-nya, padahal masih kekurangan. Indeed, every living thing has his/her special things. As a human being, we need to think deeply then realize it. God loves us in the matter of His ways.  I Love Allah too. ^^



 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar