Teringat khotbah Jumat lalu, Khatib menyapa para jamaah
dengan sapaan “Hadirin umat Rasulullah yang terpilih dan terhormat”. Jadi
bangga ya jadi umat Rasulullah. Berbicara mengenai 'terpilih', Jadi ingin
rasanya membuat sebuah tulisan mini berikut ini. :)
Hampir dipastikan bahwa semua orang setuju dengan statement
'Life is Choice'. Ya, hidup memang penuh pilihan. Kalau berbicara pilihan,
berarti kita berbicara di luar hal yang berifat kodrati. Kita tidak bisa
memilih dilahirkan dari rahim ibu yang mana, dilahirkan sebagai pria atau
wanita, atau hal lain yang sifatnya fitrah, tidak kita bisa ubah.
Ketika lahir kita pun merupakan manusia pilihan. Dari jutaan
sel sperma, kita adalah pemenang yang telah berhasil berkolaborasi dengan sel
ovum. Sebelum kita dilahirkan kebanyakan calon ayah/ibu sedang sibuk memilih.
Kira-kira akan diberi nama apa sang buah hati kelak. Nama yang indah dan
mengandung doa yang diharapkan terijabah kelak. Andai kita bisa menyimak
ekspresi orangtua kita di kala memilih nama yang terbaik untuk kita ya :).
Dari saat kita dalam kandungan, dilahirkan, kemudian
dibesarkan hingga remaja, orangtua sangat mendominasi atas pilihan kita. Tetapi
secara sadar atau tidak kita juga telah belajar memilih pada saat itu. Ya,
memang orangtua yang memilihkan sesuatu, tetapi ada saat kita mengatakan 'tidak
mau', jawaban yang menandakan pilihan. Saat bayi pun, kita juga belajar
memilih. Tentunya tidak secara verbal, tetapi dengan mobilitas tubuh, seperti
tangisan, geleng-geleng kepala, atau gerakan kecil nan lucu lainnya. Seiring
berjalannya waktu dan bertambahnya usia kita, hidup makin terasa begitu lapang.
Ketika menengadah ke atas, kita melihat langit luas. Langit yang
merepresentasikan tempat harapan, keinginan dan tujuan hidup yang menunggu
untuk digapai terlebih dahulu. Saat mata terpanah ke depan begitu banyak jalan
terbentang sebagai pilihan lintasan atas ikhtiar kita.
Pilihan tidak melulu soal hal-hal yang sifatnya massive
(besar). Lihatlah pakaianmu hari ini, menu makan siang, sepatu dan parfum yang
dipakai, tontonanmu di televisi, teman bermainmu atau teman belajarmu, juga
buku bacaanmu.... itu semua juga pilihanmu.
Saat dewasa tibalah kita menjadi pribadi yang harus bisa
memilih dengan logika dan hati nurani. Mulailah kita seperti dihadapkan oleh
pilihan yang besar terkadang terasa sulit. Kita menjadi penuh pertimbangan dan
enggan untuk gegabah. Ditambah lagi tiupan angin saran A sampai Z dari
orang-orang sekitar, membuat proses pembidikan pilihan menjadi goyah, apakah
bidikan tersebut sudah berada di posisi yang tepat dan apakah saat bidikan itu
dilepas sudah di saat yang tepat. Mungkin mereka tahu dan dirimu sangat tahu,
tetapi hanya Allah Yang Maha Tahu. Jadikan Dia sebagai tempat meminta petunjuk
yang sesungguhnya sebelum menjatuhkan pilihan.
Terkadang kita merasa telah salah memilih lalu gagal bin
galau. Ingatlah bahwa lebih baik gagal tetapi telah memilih, ketimbang tidak
menentapkan suatu pilihan.Sudah jelas itu adalah kekalahan yang sesungguhnya.
Ketika dirimu merasa telah salah memilih. Jangan biarkan
rasa sesal hinggap di hatimu dan merajai dirimu. Pasti ada pelajaran yang dapat
dipetik. Itu semua proses belajar namanya. Belajar menjadi pemilih yang arif
dan bijak. Memilih berarti berani mengambil tanggung jawab dan menerima
konsekuensi, baik konsekuensi yang menyenangkan, maupun yang kurang
menyenangkan. Nikmati saja, toh memang semua patut untuk disyukuri.
Pilihan yang dilandasi itikad baik, insha Allah juga berkat
dorongan kekuatan Allah sehingga kita berani memilih. Jangan lupa ucapkan 'Bismillahirrahmanirrahim' sebelum
memutuskan, dan terus lafazkan 'Alhamdulillahirabilalamin' ketika menjalankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar