Rabu, 24 April 2013

Kamu dan Pilihanmu



Teringat khotbah Jumat lalu, Khatib menyapa para jamaah dengan sapaan “Hadirin umat Rasulullah yang terpilih dan terhormat”. Jadi bangga ya jadi umat Rasulullah. Berbicara mengenai 'terpilih', Jadi ingin rasanya membuat sebuah tulisan mini berikut ini. :)

Hampir dipastikan bahwa semua orang setuju dengan statement 'Life is Choice'. Ya, hidup memang penuh pilihan. Kalau berbicara pilihan, berarti kita berbicara di luar hal yang berifat kodrati. Kita tidak bisa memilih dilahirkan dari rahim ibu yang mana, dilahirkan sebagai pria atau wanita, atau hal lain yang sifatnya fitrah, tidak kita bisa ubah.

Ketika lahir kita pun merupakan manusia pilihan. Dari jutaan sel sperma, kita adalah pemenang yang telah berhasil berkolaborasi dengan sel ovum. Sebelum kita dilahirkan kebanyakan calon ayah/ibu sedang sibuk memilih. Kira-kira akan diberi nama apa sang buah hati kelak. Nama yang indah dan mengandung doa yang diharapkan terijabah kelak. Andai kita bisa menyimak ekspresi orangtua kita di kala memilih nama yang terbaik untuk kita ya :).

Dari saat kita dalam kandungan, dilahirkan, kemudian dibesarkan hingga remaja, orangtua sangat mendominasi atas pilihan kita. Tetapi secara sadar atau tidak kita juga telah belajar memilih pada saat itu. Ya, memang orangtua yang memilihkan sesuatu, tetapi ada saat kita mengatakan 'tidak mau', jawaban yang menandakan pilihan. Saat bayi pun, kita juga belajar memilih. Tentunya tidak secara verbal, tetapi dengan mobilitas tubuh, seperti tangisan, geleng-geleng kepala, atau gerakan kecil nan lucu lainnya. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia kita, hidup makin terasa begitu lapang. Ketika menengadah ke atas, kita melihat langit luas. Langit yang merepresentasikan tempat harapan, keinginan dan tujuan hidup yang menunggu untuk digapai terlebih dahulu. Saat mata terpanah ke depan begitu banyak jalan terbentang sebagai pilihan lintasan atas ikhtiar kita.

Pilihan tidak melulu soal hal-hal yang sifatnya massive (besar). Lihatlah pakaianmu hari ini, menu makan siang, sepatu dan parfum yang dipakai, tontonanmu di televisi, teman bermainmu atau teman belajarmu, juga buku bacaanmu.... itu semua juga pilihanmu.

Saat dewasa tibalah kita menjadi pribadi yang harus bisa memilih dengan logika dan hati nurani. Mulailah kita seperti dihadapkan oleh pilihan yang besar terkadang terasa sulit. Kita menjadi penuh pertimbangan dan enggan untuk gegabah. Ditambah lagi tiupan angin saran A sampai Z dari orang-orang sekitar, membuat proses pembidikan pilihan menjadi goyah, apakah bidikan tersebut sudah berada di posisi yang tepat dan apakah saat bidikan itu dilepas sudah di saat yang tepat. Mungkin mereka tahu dan dirimu sangat tahu, tetapi hanya Allah Yang Maha Tahu. Jadikan Dia sebagai tempat meminta petunjuk yang sesungguhnya sebelum menjatuhkan pilihan.

Terkadang kita merasa telah salah memilih lalu gagal bin galau. Ingatlah bahwa lebih baik gagal tetapi telah memilih, ketimbang tidak menentapkan suatu pilihan.Sudah jelas itu adalah kekalahan yang sesungguhnya.

Ketika dirimu merasa telah salah memilih. Jangan biarkan rasa sesal hinggap di hatimu dan merajai dirimu. Pasti ada pelajaran yang dapat dipetik. Itu semua proses belajar namanya. Belajar menjadi pemilih yang arif dan bijak. Memilih berarti berani mengambil tanggung jawab dan menerima konsekuensi, baik konsekuensi yang menyenangkan, maupun yang kurang menyenangkan. Nikmati saja, toh memang semua patut untuk disyukuri.

Pilihan yang dilandasi itikad baik, insha Allah juga berkat dorongan kekuatan Allah sehingga kita berani memilih. Jangan lupa ucapkan  'Bismillahirrahmanirrahim' sebelum memutuskan, dan terus lafazkan 'Alhamdulillahirabilalamin' ketika menjalankan.

Selamat memilih umat  Rasulullah yang terpilih dan terhormat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar