Rabu, 24 April 2013

Kotak versus Bulat, terus Kenapa?


Salah satu pertanyaan yang hinggap di balik batok kepala setiap orang ketika berpikir atau melamun ….‘Mengapa?’

“Mengapa”, atau terkadang sebagian orang menyebut “Kenapa”. Kenapa bumi itu bulat, tidak kotak/persegi? Ya, kalau kita telaah dari sudut pandang ilmu pengetahuan, jawabannya adalah karena kotak itu terbatas. Kita akan menemukan sudutnya dan memiliki sumbu simetris terbatas , tapi kan bumi tidak ada ujungnya, seperti yang dibuktikan oleh Nicolas Copernicus dalam misinya yang membuktikan bahwa bumi itu bulat. Walaupun orang-orang di sekitarnya saat itu belum memperhitungkan dirinya dan memiliki pemikiran yang lain megenai bumi ini, namun Nico dengan keteguhan hati dan keyakinannya bisa membuktikan bahwa ekspedisi yang dilakukan akan membawanya kepada kebenaran yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Kita pasti belajar mengenai sejarah ini ketika di sekolah. Sungguh, keyakinan yang luar biasa. Ya, keyakinan yang luar biasa tentunya harus ditemani oleh pemikiran yang luar biasa pula.  Kembali mengenai kotak vs bulat. Kalau tadi kita telah mengetahui bahwa kotak itu memiliki sumbu simetri yang terbatas, nah kalau bulat sama-sama kita tahu bentuk ini memiliki sumbu simetri yang tidak terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa Yang Maha Kuasa memiliki kuasa yang tak terbatas. Lihatlah disekelilingmu itulah kuasa Tuhan. Yang tadi adalah salah satu contoh berpikir dengan pertanyaan mengapa/kenapa. Bisa kita lihat pertanyaan ini mempunyai tingkat penjabaran yang lebih mendalam. Bandingkan dengan pertanyaan, “Apakah bentuk bumi?” Tentunya kita bisa jawab dengan singkat “Bulat”. Atau jika kita diajarkan disekolah, kita harus mengulang kata dalam pertanyaan untuk jawaban kita, seperti “Bentuk bumi adalah bulat”. Just a simple answer, right?===#end

(Awalnya judul tulisan ini adalah "Bukan Apa, tetapi Mengapa dan Bagaimana. Tulisan di atas bisa dibilang hanya mukadimahnya (pembukaan). Dan saya lupa waktu itu ingin menulis apa ya..hahaha...Nikmati saja mukadimah ini. Cheers!!)

Puisi Religi: Tidak ada yang bisa menunggu sesetia kematian



Berawal dari sebuah seruan
Untuk sebuah misi agung
Kamu tahu kan ‘agung’itu apa?
Kalau sudah tahu,
kamu akan memahami makna ‘Mahaagung’
Tak perlu dijabarkan kembali ‘Mahaagung’itu dengan
Apa? Siapa? Dan Bagaimana?

Tapi…., tunggu dulu
Bukan itu agung yang kami maksud
Kamu sudah gila dengan fana,
Mari sini, kuwaraskan dengan nyanyian surgawi
Lekas pasang telingamu
Sebelum bait terakhir selesai dinyanyikan
Dan sebelum badai suara meriuhkan datang

Bagaimana? Terdengar syahdu bukan?
Iya kan? Loh… kenapa kamu diam saja?
Seharusnya kamu turut berseru kecil riang
Oh…. Kamu pasti sudah mengerti seruan tadi.


Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu akan dikembalikan kepada kami” (Q.S Al Mukminun. 115)

BERLOMBA-LOMBALAH KAMU DALAM BERBA(HA)GI(A)


Tidak lama lagi kita akan kedatangan  tamu yang mulia lagi terhormat, bulan Ramadhan yang senantiasa dirindukan kedatangannya dan disayangkan kepergiannya. Bulan yang datang dengan berjuta berkah dan magfirah yang akan membersihkan noda-noda dalam jiwa sang pendosa. Ramadhan adalah kekasih hati, ia bagaikan darah segar yang membangkitkan kembali semangat yang mulai mengendor, ia ibarat oase di tengah padang sahara pelepas dahaga bagi sang pengembara di bawah teriknya sang mentari.

Kami yakin dan percaya bahwa teman-teman sekalian adalah termasuk golongan orang-orang yang memiliki semangat kompetisi untuk menjadi pribadi yang lebih unggul di bulan Ramadhan. Bulan di mana saatnya kita semua untuk lebih giat lagi berlomba-lomba mengumpulkan tabungan ekstra untuk kehidupan abadi kelak. Kita semua berharap bisa bertemu dengan bulan suci Ramadhan nanti, bersenang hati menyambutnya dan antusias beribadah dalam menjalani keseluruhan ibadah yang akan dimultigandakan pahalanya oleh Allah SWT.

Ada begitu banyak hikmah di bulan Ramadhan. Salah satunya seperti yang termaktub dalam H.R. Ibnu Khuzaimah mengenai khutbah Rasulullah dalam menyambut bulan suci Ramadhan, yang menyebutkan bahwa Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukmin di dalamnya. Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, yang demikian itu adalah pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa. Allah memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan walaupun sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya Rahmah, pertengahannya ampunan, dan akhirnya kemerdekaan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban seseorang (yang membantunya) niscaya Allah mengampuni dosanya. Barangsiapa memberi minum orang yang berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga. Begitu luar biasa ya kawan balasan dari Allah dari suatu kebaikan yang kita tebarkan dan berbagi merupakan caranya berbahagia dan membahagiakan.

Media untuk Eksis



Sejujurnya saya adalah orang yang termasuk introvert, yang tidak terlalu bisa mengekspresikan diri sebegitu luwesnya di muka umum. Atau bahasa anak sekarang, 'kurang eksis'. Namun, pengaruh hobi saya dalam membaca buku pengembangan pribadi, motivasi, entrepreneurship, termasuk biografi orang sukses, membawa saya untuk bisa mengekspresikan diri dalam bentuk konkret yang lain, yaitu tulisan. Saya tidak begitu sering menulis sebuah cerita panjang, namun ketika mood sedang sangat baik, hal itu seperti injeksi yang sangat besar bagi saya untuk mengisi waktu senggng saya dengan membuat tulisan seperti itu. Lain halnya kalau hanya sekadar menulis status di akun Facebook, Twitter, dan BBM. Kalau untuk ketiga ini, bisa dikatakan hampir tiap jam saya sempatkan untuk melakukannya. Haha…



Pernah salah satu tulisan saya yang berisi pengalaman pribadi dengan disisipkan konten mengenai pengembangan pribadi, saya share di Note Facebook lalu saya tag ke beberapa teman. Senang rasanya ketika ada yang me-like, memberikan komentar positif, membuat mereka terhibur, tertawa 'ngakak', bahkan terinspirasi membuat tulisan juga. Jadi terasa tulisan saya itu 'sesuatu sekali'. Hal tersebut otomatis menambah kepercayaan diri saya sehingga saya menamakan terapi tulisan ini sebagai 'Terapi Menulis, Media untuk Eksis'. Bagaimana tidak, karena terlalu seringnya saya update status yang berisi pandangan/filosofi hidup, kutipan kalimat motivasi, kata-kata bijak, dan petikan ayat Al-quran, banyak di antara mereka yang menjadikan saya 'tong sampah' untuk mereka mencurahkan masalah pribadi mereka. Lihatlah, dahsyat ya pengaruh tulisan kita. Selain bisa menumbuhkan kepercayaan diri kita, juga bisa mendapat kepercayaan dari orang lain untuk menjadi teman sharing, berarti mereka telah menambahkan nilai keberadaan kita. Bagi saya pribadi, hal tersebut juga membuat saya belajar untuk tidak cengeng dalam menghadapi masalah pribadi saya, karena toh banyak orang-orang di luar sana yang mungkin sedang menghadapi masalah yang jauh lebih besar daripada yang sedang kita hadapi.



‘Dari ratusan pengirim naskah ‘menerbitkan buku bareng Jonru’, naskah ini menjadi salah satu naskah terpilih untuk dimuat dalam buku antologi ‘Sembuh dan Sukses dengan Terapi Menulis’ karya Jonru Ginting.’


Tribute to Autism


Dalam Wikipedia disebutkan Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang: interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku-emosi, pola bermain , gangguan sensorik dan motorik dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun. Dalam tulisannya, Dr. Melly Budhiman SpKj, ketua YAI mengatakan ‘apakah penyebab autisme?’ Sampai saat ini tidak bisa dipastikan penyebab yang pasti. Teori sekarang adalah ada suatu kaitan erat antara faktor genetik dan lingkungan. Bukankah kita sekarang hidup dalam dunia yang kotor? Udara kita terpolusi oleh timbal dari knalpot mobil, emisi gas industri, asap asap bakaran. Binatang-binatang laut terpapar limbah industri yang banyak mengandung merkuri, begitu juga ikan di sungai, dimana di hulunya orang mendulang emas secara manual dengan memakai merkuri. Makanan anak-anak penuh dengan zat pewarna, perasa dan pengawet. Semua itu sangat beracun bagi otak yang sedang berkembang.

Tanggal 2 April diperingati sebagai hari autisme sedunia karena melihat setiap tahun jumlah penyandang autisme cenderung meningkat, tak terkecuali di Indonesia. Dan pada 5 Mei 2012, satu lagi pengalaman sekaligus pelajaran yang sangat berharga saya dapatkan. Ya, sangat berharga.  Walk for Autism & Autism Expo 2012. Satu lagi momentum indah tercipta di acara ini. Acara tahunan yang diisi dengan jalan bersama sekitar kompleks Epicentrum Walk, Kuningan, oleh para keluarga individu autistik, instansi pemerintah, sekolah, tempat-tempat terapi, serta sahabat dan pemerhati autisme. Setelah acara jalan bersama selesai, dilanjutkan dengan Hands Printing, yaitu mengundang para peserta yang hadir untuk mencetak ribuan telapak tangan besar dan kecil sebagai tanda dukungan terhadap penyandang autisme dan kepedulian pada masalah autisme di Indonesia. Terima kasih saya ucapkan kepada teman saya, @LannyMegasariyang telah memberikan informasi mengenai acara ini dan mengajak saya dan beberapa teman lainnya untuk menjadi relawan dalam acara yang diselenggarakan oleh YAI (Yayasan Autisma Indonesia) dan SIKIB (Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu) ini.  Ternyata masih banyak sekali orang-orang di sekitar kita yang masih perduli dengan adik-adik kita yang berkebutuhan khusus ini. Saat saya tiba di sana, sudah banyak sekali relawan berkaos kuning dan biru yang sudah dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan pengelompokkan tugas. Saya dan beberapa teman ditugaskan untuk membantu jalannya acara hands printing. Pencetakan ribuan telapak tangan di atas kain putih sepanjang 25 meter yang bertuliskan “Hands Supporting Autisme”. Tidak hanya telapak tangan para adik autistic, para orang tua serta kerabat lainnya juga mencetak telapak tangan di atas kain menggunakan cat yang telah disediakan panitia, dan tak ketinggalan, panitia termasuk relawan juga turut memberikan support kepada adik-adik ini melalui hands printing ini. Cukup haru melihat adik-adik penyandang autistic ini. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, namun mereka memiliki semangat yang luar biasa untuk mengikuti acara tahunan ini. Saya membayangkan kehidupan sehari-hari pun pasti mereka jalani dengan penuh semangat pula. Terlebih lagi saya merasa sangat terenyuh ketika melihat ayah, ibu, kakak, dan adik mereka yang memberi support kepada anak atau saudara mereka. Mereka terlihat sangat sabar, telaten, dan tak nampak garis wajah yang mencerminkan rasa lelah dan kesah. Saya justru melihat wajah para keluarga yang riang dan penuh senyuman. Bentuk dukungan mereka sangat besar karena memang, peran mereka sangat besar dalam memberikan kasih sayang dan perhatian kepada adik-adik kita ini. Apakah autisme adalah kemauan mereka? Apakah autisme adalah pilihan hidup adik-adik kita? Bukan sama sekali. Itu semua sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Sesungguhnya Tuhan sangat menyayangi mereka.     


Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang. Apakah penyandang autisme adalah insan yang tidak mampu berprestasi? Tidak juga. Sebagian dari mereka dapat mencapai pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ada pula yang memiliki kemampuan luar biasa di bidang tertentu (musik, matematika, menggambar). Contoh nyata yang saya lihat dalam acara tersebut adalah ketika ada seorang adik penyandang autistic yang begitu lincahnya menggerakkan jemarinya di atas tuts-tuts piano menjadi sebuah harmonisasi yang apik. Ia terlihat begitu senang, begitu ceria, dan bahagia. Selain itu ia juga menyumbangkan sebuah pertunjukkan pianonya untuk teman-teman yang berulang tahun pada hari itu. Ia sangat asyik, ketika diminta untuk mengakhiri pertunjukkannya pun, ia menangis. Sang ibu dengan sigap menenangkan anak tersebut. Dan saya merasa ‘kalah’ pada saat itu. Mungkin di satu sisi saya lebih beruntung dari anak tersebut, tapi di sisi lain apakah diri saya lebih baik dari anak tersebut? Apakah saya bisa bermain piano? Apakah saya bisa bemain alat music? Saya bahkan tidak bisa bermain alat musik walau sempat mencoba beberapa kali latihan. Ketika saya flashback kembali, bisa jadi barangkali saya juga kalah dari anak tersebut dalam memelihara antusiasme dalam diri ketika mencoba untuk bisa melakukan sesuatu. Pembelajaran yang saya dapatkan adalah baik dari adik-adik penyandang autism beserta keluarga adalah “Jangan pernah lelah bersyukur terhadap apapun yang kita hadapi”. Sesungguhnya nikmat dan kesukaran adalah ujian. Dalam nikmat kita diuji untuk senantiasa bersyukur, dan tidak ingkar. Dan dalam kesukaran kita diuji tentang kesabaran. Bukankah kesabaran itu buahnya selalu manis?! Kesabaran bisa jadi menjadi obat yang pahit yang memang harus kita telan, agar kita menjadi lebih baik.

Selain itu, kelebihan itu adalah anugerah. Karena berlebih, kita harus membagikannya. Dan kekurangan dalam diri ini bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk meng-korting diri sendiri. Juga, kekurangan pada orang lain, bukan berarti kita boleh meng-korting mereka. Tega sekali ya, jika kita juga masih harus meng-korting-nya, padahal masih kekurangan. Indeed, every living thing has his/her special things. As a human being, we need to think deeply then realize it. God loves us in the matter of His ways.  I Love Allah too. ^^